logo Kompas.id
OpiniPelajaran dari Kejatuhan Boris...
Iklan

Pelajaran dari Kejatuhan Boris Johnson

Boris Johnson kerap melanggar aturan dan norma politik. Sebelumnya, ia selalu selamat, tetapi tidak kali ini. Karakternya tak lagi cocok memimpin Inggris.

Oleh
Redaksi
· 1 menit baca
Perdana Menteri Inggris Boris  Johnson menghadiri pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Madrid, Spanyol, 30 Juni 2022. Johnson mengundurkan diri sebagai Ketua Partai Konservatif, 7 Juli 2022.
AP/BERNAT ARMANGUE

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menghadiri pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Madrid, Spanyol, 30 Juni 2022. Johnson mengundurkan diri sebagai Ketua Partai Konservatif, 7 Juli 2022.

Dalam drama politik, yang dilukiskan seperti ”pemberontakan kabinet”, setelah tiga tahun menjabat Perdana Menteri (PM) Inggris, Johnson akhirnya menyerah. Dalam pidato di kantornya, di Downing Street 10, London, Kamis (7/7/2022), ia menyatakan mundur dari jabatan Ketua Partai Konservatif, yang kini menjalankan pemerintahan di Inggris. Dengan mundur sebagai ketua partai penguasa, Johnson secara otomatis juga mundur sebagai PM. Namun, ia ingin menjabat hingga ketua baru Partai Konservatif terpilih.

Berarti Johnson (58) masih memiliki waktu beberapa bulan menjalankan pemerintahan meski, seperti yang dikatakannya, ia berjanji tidak akan mengambil kebijakan strategis. Namun, setelah sekian lama dengan skandal demi skandal, yang coba ditutupi dengan kebohongan demi kebohongan, siapa masih percaya? Dia harus pergi secepatnya dari pemerintahan, tulis majalah The Economist.

Editor:
PAULUS TRI AGUNG KRISTANTO, MUHAMMAD SAMSUL HADI
Bagikan