Hubungan Dokter Muda dan Senior
Hubungan dokter peserta pendidikan dengan dokter senior (pengajar) berjalan baik. Para dokter senior membimbing tidak hanya aspek pengetahuan dan keterampilan, tetapi yang utama juga aspek sikap.
Anak pertama saya dan menantu saya baru saja menyelesaikan tugas sebagai dokter umum di Kalimantan. Anak saya (perempuan) ingin melanjutkan pendidikan menjadi dokter spesialis anak, sedangkan menantu saya ingin meniti karier di bidang kesehatan masyarakat. Sejak mahasiswa memang dia suka berorganisasi dan bekerja di masyarakat. Selama pendidikan dokter, saya tak banyak membantu karena mereka menjalani pendidikan di fakultas kedokteran negeri yang biaya pendidikannya relatif lebih murah. Mereka memang tinggal tidak di satu kota dengan saya sehingga harus kos, tetapi biayanya tak seberapa. Selama bertugas di daerah,mereka dapat menabung, tetapi tak seberapa. Anak saya yang perempuan sudah menghitung tampaknya biaya pendidikan dan biaya hidup nanti tidak mencukupi jika hanya dari tabungan saja. Saya ada sedikit dana yang disiapkan jika anak saya memerlu-kannya. Kami semua berharap pendidikan anak dan menantu saya akan berjalan lancar.
Belum lama saya membaca di media bahwa hubungan dokter yang masih muda dengan dokter senior di Indonesia kurang serasi. Bahkan diberitakan, dokter senior mempersulit pendidikan dankarier dokter muda. Saya agak heran dengan berita tersebut karenase tahu saya kekeluargaan amat diperhatikan di kalangan profesi dokter. Bahkan, kalau tak salah, dokter harus memperlakukan dokter lain sebagai saudara. Dia tak boleh mengenakan biaya berobat atau tindakan operasi kepada dokter yang berobat. Selain itu, seorang dokter harus menghormati gurunya. Karena itulah, saya mem-bayangkan kehidupan di kalangan profesi dokter ini berjalan dengan akrab dan saling mengasihi.