logo Kompas.id
โ€บ
Opiniโ€บMandala di Bukit
Iklan

Mandala di Bukit

Hendaknya, basis pelestarian Borobudur juga seturut dengan cita-cita kemanusiaan dan kasih sayang yang bersemayam dalam candi tersebut.

Oleh
Saras Dewi
ยท 1 menit baca
Saras Dewi
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Saras Dewi

Matahari perlahan terbit menyinari stupa beserta Buddha yang tengah mudra sehingga seolah-olah kegelapan telah surut diserap oleh candi tersebut. Kabut masih nampak di kejauhan, dan Gunung Merapi juga Merbabu hening menyimpan misterinya. Hari yang dimulai di Borobudur, adalah hari yang terberkahi. Lorong-lorong di Borobudur berlimpah dengan kisah kebajikan, berjalan di antara kemegahan itu memalun siapapun dengan rasa haru. Borobudur adalah saksi digdaya kekuasaan Mahakala, ia telah menyaksikan dengan senyap, waktu yang bergulung-gulung mengubah dunia dan orang-orang yang menghidupinya semenjak ribuan tahun yang lalu.

Borobudur adalah enigma yang tak habis-habisnya menyihir para pengkajinya. Berbagai peneliti seperti: N.J Krom, Theodoor van Erp, W.F Stutterheim, P. Mus, F.D.K Bosch, D.E Osto, J. Dumarรงay, Soekmono, Noerhadi Magetsari, Edi Sedyawati, Mundardjito, Daud A. Tanudirjo dan banyak lagi, mendedikasikan hidup mereka untuk menyingkap sisi-sisi dari Borobudur. Candi ini pernah terlelap di dalam timbunan abu vulkanik dan rimbunnya pepohonan, bahkan tidak disangka mulanya dianggap bukit ternyata adalah bangunan yang menyerupai piramida. Selepas penggalian pada tahun 1814, masing-masing peneliti berusaha menyusun kepingan teka-teki candi Borobudur. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan; siapakah yang merancang dan membangun Borobudur, dan untuk tujuan apakah Borobudur dibangun?

Editor:
MOHAMMAD HILMI FAIQ
Bagikan