Menjadi Etnografer Transmanusia
Di era smart society 5.0, segala kajian ilmu dituntut melakukan estafet dan pembaharuan, salah satunya etnografi. Sudah saatnya muncul etnografer-etnografer transmanusia yang terjun ke dunia digital.
Pada dekade kedua di awal abad ke-21 ini, manusia telah berada pada revolusi kuantum kedua. Revolusi ini ditandai dengan dikembangkannya teori kuantum dan diaplikasikanya teori tersebut pada chip komputer kuantum. Kemunculan revolusi kuantum kedua tentu tidak dapat dipisahkan dari temuan revolusi kuantum pertama yang menghasilkan gawai seperti komputer, telepon genggam, laptop, dan perangkat digital lain yang tergabung dalam suatu induk kesatuan bernama revolusi digital. Revolusi kuantum pertama menghasilkan revolusi industri 4.0, dan revolusi kuantum kedua menjadi cikal bakal mewujudkan masyarakat cerdas (smart society) 5.0.
Virtualitas menjadi kunci utama, ranah konvensional perlahan telah berubah menjadi ranah metaverse. Ranah yang sangat digandrungi oleh generasi figital (fisik dan digital). Menghadapi ranah yang terkoneksi melalui web 3.0 itu, segala kajian ilmu dituntut untuk melakukan estafet dan pembaharuan, salah satunya adalah etnografi. Sudah saatnya muncul etnografer-etnografer transmanusia yang terjun ke dunia digital untuk meneliti, menemukan pola, dan memberikan referensi bagi khalayak agar semakin siap dalam menghadapi era digital.