Udar Rasa
Rumah Besar Indonesia
Seolah-olah kenyataan historis kehadiran mereka di Indonesia, dan keindonesiaannya, hendak dinafikan atau sebaliknya wajib dibuktikan pada setiap saat walaupun mereka sudah ribuan tahun bercokol di Nusantara ini.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F01%2F22%2F68722308-0af4-4e8e-b127-24c8935fb0f2_jpg.jpg)
Seminggu mendatang, loncatan-loncatan barongsai disertai keplakan cenceng pengiringnya akan menghidupi sesaat jantung lama kota-kota Indonesia, tak jauh dari toko pecinan dan kelenteng pendampingnya. Sinar ”China” Indonesia akan berkedip-kedip sebelum tertelan untuk satu tahun oleh sinar cahaya budaya-budaya etnis Indonesia lainnya. Ya, orang China Indonesia akan merayakan hari identitasnya: tahun baru Imlek.
Melampaui kemeriahan Imlek, saya tidak yakin kita mengetahui betapa pelik situasi kelompok etnis yang tersebar di seluruh Nusantara ini. Saya sendiri telah lama termasuk yang ”bodoh”, hingga saya bertemu dengan seorang ”China” yang ”lain”: Sidik Martowidjojo, yang mengisahkan bagaimana kechinaannya diombang-ambingkan sejarah.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 10 dengan judul "Rumah Besar Indonesia".
Baca Epaper Kompas