logo Kompas.id
OpiniHujan, Banjir, dan Distorsi...
Iklan

Hujan, Banjir, dan Distorsi Teologi

Meminta Tuhan menghentikan bencana alam sama halnya ”mengambinghitamkan” Tuhan atas bencana alam yang terjadi. Sikap ini juga mengabaikan tanggung jawab manusia yang mempunyai andil besar terjadinya bencana alam.

Oleh
MOH RASYID
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/EraBQgSh91y6F-taZT0_ICu47FI=/1024x575/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F11%2F20211129-Ilustrasi-OPINI-Hujan-Banjir-dan-Distorsi-Teologi-OK_1638198304.jpg

Ada cerita menarik di Indonesia, khususnya ketika musim hujan tiba. Cerita itu mengisahkan tentang banjir dan hujan. Di negara yang beriklim tropis ini, banjir dan hujan selalu dipandang secara sinergi. Di mana ada hujan, di situlah terjadi banjir bandang. Ringkasnya, hujan mendatangkan bencana.

Ketika banjir dan longsor melanda Deli Serdang belum lama ini, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengeluarkan pernyataan ”imajiner” di hadapan awak media. Pihaknya sangat prihatin dan meminta agar Allah SWT menghentikan hujan deras yang memicu bencana. Pernyataan ini adalah salah satu bukti bahwa cerita menarik itu benar adanya: hujan mendatangkan bencana.

Editor:
yovitaarika
Bagikan