Surat Pembaca
Cetak Vs ”E-paper”
Edisi cetak yang dikirim Pak Dikun setiap pagi biasanya berjumlah 16 halaman. Belum lama ini seorang kawan menganjurkan agar saya berlangganan edisi e-paper. ”Lebih gampang, bisa dibaca kapan dan di mana saja,” katanya.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2F20211011mye11a_1633921163.jpg)
Rahmad (53) berjualan koran dengan berkeliling Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (10/10/2021). Menurut Rahmad, kini pembeli koran kian sedikit dan pendapatannya turun drastis. Perkembangan media digital kini menjadi tantangan bagi media konvensional, seperti surat kabar, tabloid, dan majalah.
Saya pelanggan setia harian Kompas edisi cetak. Ritual pagi hari saya adalah membaca Kompas ditemani kopi dan sarapan. Alasan saya tetap setia pada edisi cetak salah satunya karena saya telanjur menyayangi Bapak Dikun (57), sang loper koran.
Bunyi motornya sudah dikenali oleh saya, istri, dan anak saya. Setiap pagi kira-kira pukul 06.00 dan bunyi motor sudah di depan rumah, istri atau anak saya akan berteriak, ”Pak, Kompaaasss....”
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi: Cetak Vs ”E-paper”".
Baca Epaper Kompas