logo Kompas.id
OpiniPelacur dan Kekerasan Simbolik
Iklan

Pelacur dan Kekerasan Simbolik

Oleh dunia maskulin, kata “pelacur” terus dipertahankan hanya karena kata inilah yang dianggap ampuh untuk menjatuhkan martabat perempuan serendah-rendahnya. Ini bentuk kekerasan simbolik yang selama ini dibiarkan.

Oleh
ANINDITA S THAYF
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/gCSuJWYxfJUyaynmJ3k0JJSTUMM=/1024x575/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2F20211029-OPINI-Pelacur-dan-Kekerasan-Simbolik_1635520921.jpg
Kompas

Supriyanto

Penggunaan kata pelacur dan segala padanannya untuk menyerang perempuan memperlihatkan masih kuatnya dominasi maskulin di negeri kita. Prasangka ini bukan hadir tanpa dasar, melainkan terbaca jelas lewat pemakaian bahasa yang digunakan si penyerang, termasuk penggunaan kata “pelacur”. Sebuah kata yang tercipta khusus untuk perempuan, dan seolah sengaja ‘dilestarikan’ dengan cara sedemikian rupa sebagai senjata khusus untuk (menundukkan/membungkam) perempuan.

Sebagai bagian dari kelompok yang didominasi, perempuan rentan mengalami kekerasan, baik fisik maupun simbolik. Berbeda dari kekerasan fisik, kekerasan simbolik cukup sulit dikenali, bahkan seringkali tidak disadari oleh korbannya.

Editor:
yovitaarika
Bagikan