Surat Pembaca
Negarawan
Hari-hari ini, kita menyaksikan para elite politik yang justru berperilaku kurang etis, suka nyinyir tanpa argumen komprehensif, jauh dari sikap obyektif, menyebarkan pesimisme dan memuja kekuasaan.

Presiden terpilih periode 2014-2019, Joko Widodo, berbincang dengan Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafii Maarif (kedua dari kiri) saat mengikuti acara Simposium Nasional II Jalan Kemandirian Bangsa di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, Senin (18/8). Acara yang diikuti 400 ilmuwan dari 30 perguruan tinggi tersebut ditujukan, antara lain, untuk merumuskan pemecahan berbagai masalah yang dihadapi bangsa Indonesia.
Momentum memperingati Hari Kemerdekaan RI sering memunculkan kerinduan akan sosok negarawan. Sepeninggal Bung Karno-Bung Hatta, rasanya masih sedikit yang bisa disebut sosok negarawan.
Negarawan memang bukan sembarang tokoh. Ia sosok yang sepenuh jiwa raga mengabdi pada kepentingan bangsa dan negara, kaya gagasan untuk memandu bangsa ke depan, disertai keluhuran budi dan laku teladan. Sepi ing pamrih rame ing gawe, kata orang Jawa.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi: Negarawan".
Baca Epaper Kompas