logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊSinyal Harga Gabah
Iklan

Sinyal Harga Gabah

Kita perlu paham duduk soal mengapa terjadi kasus harga gabah petani rendah. Data yang akurat akan membantu evaluasi kebijakan, perubahan strategi dapat diambil dengan tepat.

Oleh
Redaksi
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/6sh06VUXYYnOQoCaIsnXLn53Gvo=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F05%2Fabcf516d-e4a2-45ec-b5bd-9ff252a2de33_jpg.jpg
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO

Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki, serta Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi melihat proses penggilingan gabah di Sentra Pengolahan Beras Terpadu di Kebumen, Jawa Tengah, 23 Mei 2021. Sentra itu dibangun dari dana CSR Bank Mandiri dan PT Pertamina.

Kasus harga gabah di bawah harga pokok pembelian pemerintah selama 16 bulan terakhir dapat menjadi indikasi perubahan konsumsi.

Kasus harga gabah petani di bawah harga pembelian pemerintah (HPP), menurut data Badan Pusat Statistik, terjadi sejak April 2020 hingga Juli 2021. Keadaan ini di luar kebiasaan sebelum pandemi Covid-19 di Indonesia yang kasus pertamanya ditemukan pada 2 Maret 2020.

Editor:
A Tomy Trinugroho
Bagikan