logo Kompas.id
OpiniIdiot dan Keras Kepala
Iklan

Idiot dan Keras Kepala

Menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua, bagaimana menyingkirkan para politisi yang idiot dan keras kepala.

Oleh
Samesto Nitisastro
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/ynDUk-dPh8mmievH-NjCaAwf7w0=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F08%2F32becb64-6efe-44ff-8bdc-dd38d17d4bff_jpg.jpg
Kompas/Heru Sri Kumoro

Sebagian kursi di ruang paripurna yang kosong saat digelar Rapat Paripurna DPR di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (19/8/2021). Rapat paripurna tersebut beragendakan penyampaian pandangan Fraksi-Fraksi atas RUU tentang Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan Pemandangan Umum Fraksi-fraksi atas RUU APBN 2020 dan penyampaian pemandangan umum Fraksi-fraksi atas RUU APBN 2022 beserta nota keuangan. Rapat digelar secara daring dan luring.

Marcus Tullius Cicero, filsuf dan negarawan Romawi, mengatakan, ”Setiap manusia bisa berbuat kesalahan, tetapi hanya orang idiot yang gigih mempertahankan kesalahannya.”

Pernyataan penuh makna tersebut ternyata tecermin pada perilaku sebagian besar tokoh dan politisi di negeri kita, terutama karena situasi sosial dan politik yang anomali. Bisa jadi—dalam kaitannya dengan politik—ini karena sangat dangkalnya pemahaman atas makna dan tujua serta etika berpolitik. Selain itu, idiot biasanya berhubungan erat dengan sikap keras kepala.

Editor:
agnesaristiarini
Bagikan