logo Kompas.id
OpiniIbadah Virtual
Iklan

Ibadah Virtual

Memang tidak mudah menerima tradisi dan kebiasaan baru, beribadah secara virtual. Namun, kita perlu beradaptasi karena di saat pandemi ini, kebiasaan lama bisa membahayakan nyawa.

Oleh
Yes Sugimo
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/VwiY-xGNXBePHrm2sfifTB6jbZA=/1024x682/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F12%2F20201225WKM04_1608903686.jpg
KOMPAS/MAWAR KUSUMA WULAN

Anak-anak mengikuti ibadah misa malam Natal di rumah secara daring pada Kamis (24/12/2020) malam. Merayakan misa secara virtual tetap terasa menyenangkan, terutama ketika mereka turut menyalakan lilin Natal dari rumah.

Saya mengikuti rubrik Analisis Budaya yang terbit di Kompas tiap Sabtu. Sebagian bahkan saya kliping karena analisisnya mendalam dan didukung fakta akurat. Tulisan Ahmad Najib Burhani tentang ”Ibadah Virtual” (Kompas, 7/8/2021) amat bagus, layak menjadi referensi.

Tulisan itu menggarisbawahi perayaan Idul Adha pada 20 Juli 2021, dengan dilaksanakannya shalat Id secara virtual dipimpin Wawan Gunawan Abdul Wahid. Ibadah itu menembus angka maksimum kapasitas Zoom 1.000 orang. Banyak peserta yang tidak hadir sendirian, hadir bersama keluarganya. Dengan demikian, jumlah peserta shalat virtual itu bisa mencapai 3.000 orang.

Editor:
agnesaristiarini
Bagikan