logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊTakut Merdeka
Iklan

Takut Merdeka

Setiap hari berdatangan berita duka, ada saudara dan kenalan yang sakit, yang mati. Mengelukan kemerdekaan dalam kesedihan mendalam, sebuah ironi nyata di sini, kini.

Oleh
LIMAS SUTANTO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/s61N3bCGjP0-rx3T7lY-AYXLX7A=/1024x618/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F08%2F20210819-Ilustrasi-Opini-7b-Takut-Merdeka_1629382378.jpg
DIDIE SW

Didie SW

Sungguhkah kebebasan menyenangkan? Ia dielu-elukan, tetapi banyak dihindari. Erich Fromm menjuduli bukunya pada 1941, Escape from Freedom; dalam kemerdekaan, orang-orang beramai-ramai meninggalkannya. Fromm meyakini, merdekanya manusia itu tatkala ia spontan mengekspresikan dirinya dan perbuatannya.

Merdeka atau bebas, adalah autentisitas, perwujudan pribadi seluruhnya dalam tindakan kreatif. Psikoanalis yang lahir di Frankfurt, Jerman, itu tidak khawatir hal ini bakal menjadikan kekacauan, karena ketulenan orang adalah akrabnya ia dengan kemanusiaannya. Suatu pengalaman yang memungkinkan dia mengerti dan menghargai kemanusiaan liyan, dan karena itu membisakannya berbagi dengannya.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan