Ibadah Virtual
Praktik ibadah virtual bisa jadi merupakan alternatif terbaik di masa pandemi. Banyak ritual keagamaan yang tak bisa diubah menjadi urusan privat demi social bonding, solidaritas, dan sense of belonging dalam kelompok.
Pada Idul Adha lalu, Selasa (20/7/2021), ada satu peristiwa yang cukup fenomenal. Pelaksanaan shalat Id secara virtual yang dipimpin oleh Wawan Gunawan Abdul Wahid menembus angka maksimum kapasistas Zoom 1.000 orang. Banyak peserta yang tidak hadir sendirian, tapi mengajak keluarganya. Dengan menghitung angka itu, maka jumlah peserta shalat virtual itu bisa mencapai 3.000 orang. Ini belum termasuk jemaah yang gagal masuk dalam Zoom itu karena keterbatasan kapasitas. Ibadah itu dilakukan secara live dengan makmum yang tersebar di berbagai tempat terpisah di Indonesia. Mereka mengikuti gerak-gerik imam dalam virtual reality. Komputer dan Zoom bisa disebut sebagai ”altar suci” karena berfungsi sebagai ruang dan medium ritual.
Selain shalat Id, ibadah yang sudah biasa dilakukan dengan platform digital adalah tahlil dan takziah untuk mendoakan sahabat dan keluarga yang meninggal dunia di masa pandemi. Undangan tahlil virtual ini hampir datang setiap hari bersamaan dengan meningkatnya angka kematian akibat Covid-19 pada Juli 2021. Kegiatan keagamaan lain yang umum dilakukan dalam bentuk daring adalah haul, silaturahmi Lebaran, shalat Tarawih, dan shalat Jumat.