logo Kompas.id
OpiniBahasa Indonesia
Iklan

Bahasa Indonesia

Besar harapan kami bahwa lembaga resmi negara berkenan menggunakan keahlian dari para sarjana bahasa dan sastra dalam kerja kebahasaan yang lebih luas. Kenyataannya, banyak sarjana bahasa bekerja bukan di bidangnya.

Oleh
Polanco S Achri
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/54eVXb--E-m6LibC6AQSI1Qf5oQ=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F07%2F015a539d-8de7-49e8-a42d-20b82bb69ae3_jpg.jpg
Kompas/Wawan H Prabowo

Selain untuk mempercantik dinding di tepi jalan, mural juga menjadi media sejumlah kalangan untuk menyampaikan pesan-pesan keindonesian seperti menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Hal itu salah satunya ditemui di dinding pembatas antara Tol Cijago dan Jalan Juanda, Kota Depok, Jawa Barat, Jumat (23/7/2021). Menghargai perbedaan dan mengembangkan sikap toleransi dalam keberagaman agama, suku, bahasa, adat dan budaya harus terus dipelihara supaya kesatuan dan persatuan bangsa tetap terjaga. Kompas/Wawan H Prabowo

Membaca surat Samesto Nitisastro berjudul ”Tentang Bahasa Indonesia” dalam rubrik ini (Kompas, 21/6/2021), sebagai seorang sarjana sastra saya merasakan keresahan yang sama. Penggunaan bahasa Indonesia dalam ranah publik dan formal, baik penulisan maupun penuturan, banyak yang memprihatinkan.

Saya perlu mengaku bahwa saya tidak pandai, walau lulus jurusan bahasa dan sastra. Namun, saya berharap semoga tulisan ini menggugah kita semua untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Editor:
agnesaristiarini
Bagikan