Tajuk Rencana
Optimisme Hadapi Pandemi
Serangan Covid-19 yang tak henti dan kian gencar membombardir telah menggerus rasa optimisme. Ibarat benteng, harus diperkuat. Jangan dibiarkan roboh.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F07%2F4c8aef6a-7107-4d73-97d7-70f14f87fdfe_jpg.jpg)
Sejumlah sukarelawan memasukan nasi kotak ke dalam mobil di dapur umum peduli Covid-19 di di Karet Semanggi, Setiabudi, Jakarta Selatan, untuk kemudian didistribusikan, Kamis (8/7/2021). Dapur umum yang didirikan oleh beberapa komunitas pada masa PPKM darurat tersebut menyiapkan makanan untuk membantu warga yang terdampak Covid-19 atau sedang menjalani isolasi mandiri.
Optimisme biasanya muncul saat ada harapan dan keyakinan akan kesuksesan atau setidaknya masa depan yang lebih baik. Sebaliknya, sikap pesimistis muncul ketika hal-hal yang tidak menguntungkan bahkan kefatalan terus terjadi.
Namun, memerhatikan data tren pertumbuhan kasus baru maupun kasus kematian di dunia maupun Indonesia yang belum menunjukkan penurunan, alih-alih malah meningkat, rasa optimistis itu harus dibangun secara aktif.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 6 dengan judul "Optimisme Hadapi Pandemi".
Baca Epaper Kompas