logo Kompas.id
OpiniBienial sebagai ”Think Tank”...
Iklan

Bienial sebagai ”Think Tank” Peradaban Alternatif

Menentang orientasi Barat, dengan memberi akses besar-besaran pada perupa Afrika, kurator Okwui Enwezor memberi paradigma baru pada Venice Biennale 2015. Harapan biennale bisa jadi pusat ide untuk persepsi peradaban.

Oleh
CARLA BIANPOEN
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/2IWCmUhloY5v16XubqjpwySUxyQ=/1024x977/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F07%2F20210709-Ilustrasi-Bienale-sebagai-Think-Thank_1625843476.jpg
DIDIE SW

Didie SW

Biasanya sebuah bienial, perhelatan seni rupa dua tahunan, diburu pencinta seni, kolektor, dan pebisnis seni untuk melihat apakah ada karya ciptaan baru, baik secara ide, kekaryaan, maupun scalability. Namun, ketika Okwui Enwezor, kurator karismatik kelahiran Nigeria, menjadi kurator bienial di Venezia (Venice Biennale) pada tahun 2015, ia menginisiasi paradigma baru. Menentang orientasi Barat Venice Biennale selama itu, ia memberi artikulasi bahwa dunia tidaklah terdiri dari Eropa atau Barat semata, Okwui mengubah orientasi perhelatan internasional itu.

Di bawah tema ”All the World’s Futures”, Okwui memberi akses besar-besaran ke perupa Afrika yang selama itu belum pernah berpartisipasi di perhelatan Venice dalam jumlah yang banyak. Maka, karya-karya mereka yang banyak mengenai perlawanan, kekerasan, represi, yang secara visual kurang elok, banyak yang kurang menyukai dan kritik para pengamat Barat pun mencela kuratorial Okwui Enwezor. Namun, ada juga yang merasa senang.

Editor:
yovitaarika
Bagikan