logo Kompas.id
OpiniMelunasi Utang Karma
Iklan

Melunasi Utang Karma

Kakekku agak berbeda. Ia selalu bilang, ”Jangan pernah makan penyu. Kamu akan makan karmamu sendiri.."

Oleh
Putu Fajar Arcana
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/VEb4jN0NSW2namTseYHTSg1ybII=/1024x1167/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2FCAN_1565170607-e1583251049886.jpg
Kompas

Putu Fajar Arcana, wartawan senior Kompas

I Wayan Tirta (78 ) secara turun-temurun mewarisi watak pemburu penyu dari kakek buyutnya. Bersama puluhan nelayan lain di Desa Perancak, Jembrana, Bali, ia spesialis menjadi nelayan penangkap penyu sampai ke Alas Purwo, wilayah di ujung timur Pulau Jawa, yang dipisahkan oleh Selat Bali. Sekali melaut, dalam seminggu Tirta bisa menangkap 5-10 ekor penyu berukuran besar. Pendek kata, hidupnya cukup sejahtera karena penyu.

Selain menjualnya ke Denpasar, sebagai daerah pengonsumsi penyu paling besar di Bali,  orang-orang di Desa Perancak juga acap kali menjadikan daging penyu sebagai santapan sehari-hari. Sate penyu jauh lebih digemari dibandingkan dengan sate babi. Dulu, waktu aku kecil, banyak orang kalau kangen sate penyu, pasti pergi ke Perancak. Sampai tahun 1980-an, akses paling mudah mencapai Desa Perancak dari kota Negara, dengan bersampan di sepanjang Sungai Ijogading.

Editor:
sariefebriane
Bagikan