logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊEkosistem Perbukuan Nasional
Iklan

Ekosistem Perbukuan Nasional

Ekosistem buku dan keterampilan membaca masih menjadi urusan domestik sebagian orang, dan belum masuk dalam garda depan pembangunan karakter bangsa.

Oleh
DAMAR TRI AFRIANTO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/0aU4q8my1XcfdBBTFX4qUdOrM-4=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F05%2F120dfbb1-64d2-4cd1-ad0d-258596907ef4_jpg.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Pengunjung mencari buku di Perpustakaan Nasional, Jakarta, pada Senin (17/2/2021) yang juga bertepatan dengan Hari Buku Nasional (Harbuknas). Harbuknas diperingati setiap 17 Mei untuk mendorong tumbuhnya budaya literasi di kalangan masyarakat Indonesia.

Segelintir yang mengetahui bahwa  17 Mei diperingati sebagai Hari Buku Nasional. Momen ini diperingati atas dasar berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada 1980. Berdirinya perpustakaan itu dilatarbelakangi bahwa pada tahun tersebut perbukuan dan minat baca yang memprihatinkan. Peran perpustakaan penting dalam perjalanan menumbuhkembangkan literasi bangsa.

Uniknya fenomena literasi hari ini menunjukkan sesuatu yang unbalanced (tidak seimbang) antara produksi buku dan tingkat membaca. Arita Nugraheni (Litbang Kompas, 2021) menyebutkan data Perpusnas menunjukkan jumlah judul buku meningkat, pada tahun 2012 ada 20.691 judul buku dan pada 2020 ada 135.081 judul buku, rata-rata terjadi penambahan 20 persen judul buku baru per tahun. Hingga 12 Mei 2021 ada 55.508 buku yang telah ber-ISBN.

Editor:
yovitaarika
Bagikan