logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊDi Kalasan, Waktu Buku...
Iklan

Di Kalasan, Waktu Buku Berhenti

Di Kalasan-lah visualisasi dari isi bacaan tertua di Nusantara terpahatkan, Tjandra Karana. Di sana terpaku buku-batu yang sampai kini masih terpelihara dari mereka yang menghargai budi luhur atau keluhuran budaya.

Oleh
ANAS SYAHRUL ALIMI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/okZg6v-IjpD0ke0UlnSArXgVJmI=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F03%2F20210325ags1_1616651309.jpg
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Wisatawan menikmati keindahan Candi Sambisari di Kecamatan Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (25/3/2021). Dilihat dari arca dan ornamennya, candi warisan Mataram Kuno ini diperkirakan dibangun pada abad IX-X M oleh Rakai Gerung (826-846 M).

Sejak kelas I MAN Yogyakarta 1, saya tinggal di Kalasan. Tepatnya nyantri sekaligus nyantrik di Pesantren Raudhatul Muttaqien. Jika saya menyebut diri dari Yogya, artinya saya tinggal di Kalasan. Mungkin, pembaca kurang akrab dengan Kalasan. Namuun, jika saya sebutkan Prambanan, semua langsung mengenalinya. Kalasan itu bersisian dengan Prambanan.

Saya tidak sedang membicarakan mahakarya Prambanan itu yang dalam setengah dekade mutakhir dikenali sebagai latar dari megatrend industri kreatif di bidang musik, Prambanan Jazz Music International Festival. Bukan. Saya ingin merenungkan tentang saya dan Kalasan.

Editor:
yovitaarika
Bagikan