logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊPendidikan, Riset, dan...
Iklan

Pendidikan, Riset, dan Kemajuan Bangsa

Kapasitas iptek, inovasi, dan kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah. Agar menjadi bangsa yang berdaulat pada 2045, kendala-kendala yang ada perlu ditangani secara holistik, terpadu, dan berkesinambungan.

Oleh
ROKHMIN DAHURI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/pKKF4LYFKHXvR1cW5e9LdoVZu_w=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F06%2F20190629AIN_Riset-Nilam-Unsyiah1_1561799751.jpg
KOMPAS/ZULKARNAINI

Mahasiswa Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh menyuling minyak nilam di laboratorium Pusat Riset Atsiri di kampus tersebut, Sabtu (29/6/2019). Pada 2019, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan Pusat Riset Atsiri Unsyiah sebagai Pusat Unggulan Iptek Nilam.

Sejarah dan fakta empiris membuktikan bahwa sejak kejayaan Romawi hingga kini, bangsa-bangsa yang maju, makmur, dan berdaulat adalah mereka yang menguasai iptek dan mampu menghasilkan inovasi secara berkelanjutan. Bukan negara yang melimpah kekayaan sumber daya alamnya.

Kemudian, penguasaan iptek dan kemampuan berinovasi sangat bergantung pada kapasitas riset dan kualitas sumber daya manusia (SDM) dari suatu bangsa. Sayangnya, semua indikator kinerja utama bangsa Indonesia yang terkait dengan iptek, inovasi, dan SDM masih rendah.

Editor:
yovitaarika
Bagikan