logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊMencegah Kluster Keluarga...
Iklan

Mencegah Kluster Keluarga Setelah Liburan

Kasus kluster keluarga termasuk berbahaya karena transmisi sudah masuk ke satuan unit terkecil dalam sebuah lingkungan, yaitu keluarga.

Oleh
ANIES
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/ORJW4fISOHczyCHVAmLMTEATmOE=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F05%2F71c7685c-b3ba-4412-b9e5-50bcbdce7a2e_jpg.jpg
Kompas/Heru Sri Kumoro

Calon penumpang antre masuk ke peron Stasiun Rawa Buntu, Tangerang Selatan, Senin (17/5/2021) pada hari pertama masuk kerja setelah libur Lebaran. Antrean pada sekitar pukul 08.06 WIB ini disebabkan petugas membatasi jumlah calon penumpang yang masuk ke peron sebagai upaya tidak terjadinya kepadatan di gerbong kereta KRL Commuterline.

Covid-19 bukan tak mungkin melonjak pascalibur Idul Fitri dan akan menimbulkan kluster keluarga. Walau rumah dinilai menjadi tempat yang lebih aman untuk berlindung dari Covid-19, dalam kenyataannya cukup banyak ditemukan kluster keluarga. Selama liburan terjadi interaksi yang intensif, saling berkunjung ke rumah kerabat dan kolega, atau berkegiatan bersama.

Kluster keluarga di Indonesia bukan hal baru. Namun, peningkatannya belakangan ini kian mengkhawatirkan. Angka test positivity rate di Indonesia melebihi 10 persen. Artinya, bisa jadi dari 10 orang yang dites, keseluruhannya dinyatakan positif Covid-19. Atau paling minim, dari 10 orang yang dites, satu terkonfirmasi positif. Banyak kasus infeksi di masyarakat tidak terdeteksi karena kapasitas tes tidak memadai.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan