Berkomunikasi secara Tulus
Dalam masyarakat yang tulus, kekurangan dalam berkomunikasi oleh pemimpin tentu bisa dilengkapi oleh rakyat dan siapa pun dalam kebersamaan. Saling asih, asuh, dan asah, serta saling menjaga demi pengertian bersama.
Dalam buku Pers Indonesia: Berkomunikasi dalam Masyarakat yang Tidak Tulus (2004), Jakob Oetama menuliskan, komunikasi itu diwarnai beragam perbedaan.
Pendiri Kompas itu menyebutkan, melalui komunikasi yang serba berbeda, berbeda latar belakang, berbeda pengalaman, berbeda pemahaman, berbeda sudut pandang dan kepentingan, justru seoptimal mungkin akan dibuat kesepemahaman bersama. Diusahakan tercapainya pengertian bersama atau sekurang-kurangnya saling pengertian. Komunikasi merupakan pembawaan makhluk sosial dan masyarakat manusia. Tidak tulus bisa diartikan sebagai tak menyampaikan apa yang hidup dalam hati dan pikirannya. Sekadar basa-basi.