Merayakan Keterbatasan
Larangan mudik oleh pemerintah merupakan upaya mengantisipasi berkembangnya pandemi Covid-19. Kita hendaknya bersabar dan tetap bersyukur meski merayakan Idul Fitri di tengah keterbatasan.
Beberapa kali di harian Kompas saya menulis tentang refleksi mudik Idul Fitri. Saya pernah menulis dengan judul ”Merayakan Keindonesiaan” (Kompas, 1 Juni 2017) dan ”Merayakan Kemanusiaan” (Kompas, 19 Juni 2018). Kali ini, dengan adanya kebijakan larangan mudik oleh pemerintah sebagai antisipasi berkembangnya pandemi Covid-19, terpaksalah saya membuat tulisan, ”Merayakan Keterbatasan”.
Pada hakikatnya manusia dilahirkan dalam kondisi terbatas, dia nyaris tidak bisa berbuat apa-apa kalau tidak ada orang lain yang lebih dewasa. Manusia lahir berjumpa dengan alam dunia yang barangkali saja kelak dia pahami sebagai absurd. Dunia penuh absurditas dan, di tengah ragam tantangan, dia harus eksis. Hidup harus berjalan, betapa pun kejamnya penderitaan. Betapa pun demikian, Tuhan menyukai orang yang bersyukur.