logo Kompas.id
OpiniMerayakan Keterbatasan
Iklan

Merayakan Keterbatasan

Larangan mudik oleh pemerintah merupakan upaya mengantisipasi berkembangnya pandemi Covid-19. Kita hendaknya bersabar dan tetap bersyukur meski merayakan Idul Fitri di tengah keterbatasan.

Oleh
M ALFAN ALFIAN
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/F8vtB7KVFnhfv6G3qqEYZm3KkJ4=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2Fc08b53d6-8a87-4f11-bada-af790183942a_jpg.jpg
Kompas/Wawan H Prabowo

Para pengendara melintasi spanduk sosialisasi larangan mudik di kawasan Senayan, Jakarta, Jumat (23/4/2021). Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 memperpanjang aturan pembatasan atau pengetatan mudik Lebaran 2021 yang berlaku mulai 22 April hingga 24 Mei 2021.

Beberapa kali di harian Kompas saya menulis tentang refleksi mudik Idul Fitri. Saya pernah menulis dengan judul ”Merayakan Keindonesiaan” (Kompas, 1 Juni 2017) dan ”Merayakan Kemanusiaan” (Kompas, 19 Juni 2018). Kali ini, dengan adanya kebijakan larangan mudik oleh pemerintah sebagai antisipasi berkembangnya pandemi Covid-19, terpaksalah saya membuat tulisan, ”Merayakan Keterbatasan”.

Pada hakikatnya manusia dilahirkan dalam kondisi terbatas, dia nyaris tidak bisa berbuat apa-apa kalau tidak ada orang lain yang lebih dewasa. Manusia lahir berjumpa dengan alam dunia yang barangkali saja kelak dia pahami sebagai absurd. Dunia penuh absurditas dan, di tengah ragam tantangan, dia harus eksis. Hidup harus berjalan, betapa pun kejamnya penderitaan. Betapa pun demikian, Tuhan menyukai orang yang bersyukur.

Editor:
yovitaarika
Bagikan