Film dan Kebangsaan Kita
Film perlu difungsikan secara politis dalam pengertian yang lebih positif; bukan alat propaganda, melainkan cara untuk menyatakan keragaman kita di tengah berbagai ancaman yang semakin nyata terhadap kebinekaan.
Presiden BJ Habibie melalui Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 1999 menetapkan tanggal 30 Maret sebagai Hari Film Nasional. Meski telah lewat, mempercakapkan film nasional tetap terasa aktual. Peringatan Hari Film Nasional sendiri didasarkan pada momen hari pertama pengambilan gambar film Darah dan Doa (1950) (selanjutnya ditulis Darah) karya Usmar Ismail yang menceritakan perjuangan, tidak hanya melawan penjajah Belanda, tetapi juga ancaman persatuan bangsa.
Darah menjadi penting karena film ini menyampaikan pandangannya terhadap kemerdekaan secara kritis lewat drama percintaan ber-setting cerita hijrahnya Pasukan Siliwangi. Pilihan ini mendorong gairah heroisme publik yang lebih besar sebagai respons atas ide besar tentang Indonesia.