Terorisme, Ruang Publik Kultural dan Feminitas Tuhan
Hakikat beragama dan bernegara itu sejatinya adalah gotong-royong. Gotong-royonglah yang menjadi sumur terdasar budaya nusantara sekaligus menjadi halaman muka yang mendefiniskan paras keindoonesiaan.
Tentu saja tidak ada satu norma agama pun yang mengajarkan jalan kekerasan untuk meraih tujuan. Damai kasih adalah khitah setiap agama. Namun juga kita tak bisa menampik bahwa dalam sejarahnya agama acapkali dibajak sekelompok orang untuk tujuan tertentu. Pembajakan tafsir agama inilah sesungguhnya yang menjadi pusaran lahirnya puritanisme. Setelah puritanisme bergeser menjadi fundamantalisme. Selepas itu terorisme.
Kekerasan fisik selalu bermula dari kekerasan simbolik. Di belakang pelaku bom bunuh diri ada yang laten menggerakkan: konstruksi tafsir keagamaan yang serampangan. Betul apa yang ditulis Charles Kimball dalam When Religion Becomes Evil. Lima faktor yang bisa mengubah agama menjadi bencana: (1) mendaku kebenaran; (2) kepatuhan buta terhadap pemimpin; (3) gandrung pada keemasan masa lampau; (4) menghalalkan segala cara; (5) menafsirkan agama dengan pikiran pendek.