logo Kompas.id
OpiniCendekiawan dan Keterlibatan...
Iklan

Cendekiawan dan Keterlibatan Sosial

Artikel opini Airlangga Pribadi di ”Kompas” beberapa waktu lalu merupakan alarm bagi kaum intelektual sekaligus undangan untuk terlibat dalam hidup sosial kemasyarakatan dan melakukan advokasi bagi rakyat yang tertindas.

Oleh
KRISPINUS IBU
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/DwWkMLD30sOuQQfEK8DGvx2FDEc=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2F41cd1c02-e17c-4558-a880-16971736e949_jpg.jpg
Kompas/Wawan H Prabowo

Para aktivis HAM yang dimotori oleh Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) mengikuti Aksi Kamisan ke-626 di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (16/1/2020). Selain terus menyuarakan untuk mencari keadilan dari para korban dan keluarga Tragedi 1965, Semanggi I, Semanggi II, Trisakti, Tragedi 13-15 Mei 1998, Talangsari, Tanjung Priok, dan korban pelanggaran HAM lainnya, Kamisan ke-626 ini juga menyerukan penolakan terhadap rancangan aturan sapu jagat omnibus law.

Pengajar Departemen Politik FISIP Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi Kusman, dalam opininya di Kompas.id bertanggal 15 Maret 2021 memberikan  alarm dengan mengingatkan mereka yang tergolong intektualis (cendekiawan), atau yang mengecap diri sebagai intelektuali.

Airlangga menegaskan bahwa narasi peran sosial intelektual pasca-otoritarianisme adalah narasi tragedi. Hal ini ditandai dengan dua hal. Pertama, cendekiawan kita cenderung lebih tertarik menyelami karier birokratik dan membantu memperkuat kuasa negara dengan mencemplungkan diri di dalam lingkaran politik. Kedua, fenomena kecenderungan terintegrasinya kosmopolitanisme pendidikan global.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan