Menjaga Altruisme Intrinsik Terus Bertumbuh
Zaman yang sarat kekerasan dan kebencian ini memanggil manusia untuk bertekun mendidikkan, mencontohkan, dan mewujudnyatakan altruisme intinsiknya sendiri, melebihi ketekunan dalam berdagang, dalam menumpuk harta benda.
Dalam media sosial dapat terjadi penghancuran dan pemusnahan salah satu “sifat luhur bawaan” manusia, yang dalam karya tulis Michael Tomasello, 2009, Why We Cooperate, disebut “altruisme intrinsik”, kebaikan tanpa syarat imbalan, dari seorang manusia bagi liyan, yang sudah dengan sendirinya ada dan mengejawantah sejak masa bayi. Kebaikan manusiawi ini bersifat universal pada anak, tidak diciptakan melalui budaya maupun pelatihan sosialisasi oleh orangtua, setidaknya hingga insan belia berusia tiga tahun.
Walaupun karakter universal kemudian berubah menjadi “khas budaya”, culture-specific, yakni sejak akhir tahun ketiga kehidupan manusia, tetapi altruisme tetap banyak menandai perilaku insani, karena banyak pula budaya di dunia yang menjunjungnya sebagai sebuah nilai, keluhuran, yang perlu.