logo Kompas.id
โ€บ
Opiniโ€บSeni Merawat Kegembiraan
Iklan

Seni Merawat Kegembiraan

Seni tak pernah mati. Makin terasa dibutuhkan dan berdaya justru di saat situasi berat membelenggu dan mengimpit. Seni merawat kegembiraan.

Oleh
SILVESTER PETARA HURIT
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/bGdUmfy7UABuZlK6E1k339c6r1Q=/1024x641/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F02%2Fdc4b52aa-f13c-4a74-8e29-0c0818768e0f_jpg.jpg
Kompas/Bahana Patria Gupta

Warga saling mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek di Pecinan Tambak Bayan, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (12/2/2021). Pandemi membuat perayaan yang biasanya berlangsung meriah menjadi sederhana di pecinan tersebut. Meskipun kegiatan seperti atraksi barongsai dan pentas seni ditiadakan, ekspresi kegembiraan warga diungkapkan dengan menghias lingkungan sekitar tempat tinggal dengan lampion dan mural.

Covid-19 mencekam dunia sepanjang tahun 2020. Selain jutaan nyawa hilang, kontraksi ekonomi, pengangguran, dan meningkatnya kemiskinan global, varian baru korona mendatangkan kecemasan tersendiri di awal tahun 2021 ini. Walau kecemasan tak kunjung henti, manusia tak tinggal diam dan selalu punya cara mengatasi dan mencicil rasa cemas atau gelisahnya. Salah satu yang dominan adalah lewat ekspresi seni.

Seni โ€™mewabahโ€™ terutama saat lockdown pandemi Covid-19. Di media sosial bertebaran sekian ekspresi seni mulai dari yang vulgar (spontan) hingga tertata serius. Lagu, puisi, tarian, lukisan, video tumpah ruah. Seni jadi pilihan untuk mengekspresikan kecemasan, kegetiran, duka, kesuntukan, kejenuhan, dan harapan. Kanal pelepasan (sejenak) segala yang berkecamuk di pikiran dan hati, segala yang terasa menekan serta memerangkap ruang gerak manusia.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan