logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊKebertahanan Seni Virtual Masa...
Iklan

Kebertahanan Seni Virtual Masa Pandemi

Panggung dan kerumunan penonton sudah saatnya bukan menjadi persoalan dalam kesenian. Seniman tradisional penting mempertimbangkan sifat plastisitas seni virtual ini dalam berkarya.

Oleh
DAMAR TRI AFRIANTO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/ad3RDboaScdN3XeFES5BUpgybiY=/1024x684/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F12%2F20201228bro-parade2_1609167306.jpg
PEMERINTAH KOTA SURABAYA

Pementasan jaranan secara virtual dari Balai Pemuda, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (20/12/2020). Jaranan merupakan bagian dari Parade Seni Budaya Surabaya yang bergulir untuk memelihara penghidupan seniman dan budayawan. Parade disiarkan melalui media sosial terkait situasi wabah Covid-19 yang belum mereda.

Medium virtual menjadi siasat determinan ketika seni harus beradaptasi dengan pandemi ini. Pandemi telah mempertemukan kehidupan seni dengan trajektori yang dibangun melalui model mekanisme jaringan digital (cyberspace). Di dalam platform digital inilah seniman memiliki alternatif ruang untuk menyatakan gagasan dan imajinasi artistiknya.

Meski di dalam ruang maya ini tak sepenuhnya memuaskan hasrat pengalaman estetis baik seniman maupun penikmat seni, medium ini justru terus dikembangkan sebagai sebuah wadah terbuka yang akan terus diisi dengan ide-ide dan gagasan yang baru.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan