logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊDiplomasi Nuklir Iran Era Joe ...
Iklan

Diplomasi Nuklir Iran Era Joe Biden

Juni nanti Iran akan mengadakan pemilu untuk memilih pemimpin baru. AS harus bersabar menunggu rezim baru Iran terbentuk agar dapat memulai kembali perundingan pembatasan nuklir dan pencabutan sanksi ekonomi atas Iran.

Oleh
DARMANSJAH DJUMALA
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/QasOAyUcB4K4oVVXHXheEofJ7DU=/1024x755/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F01%2FTOPSHOT-US-POLITICS-INAUGURATION_94098991_1611655699.jpg
AFP/BRENDAN SMIALOWSKI

Joe Biden didampingi ibu negara Jill Biden diambil sumpahnya sebagai Presiden AS, pada Rabu (20/1/2021) di Gedung Capitol, Washington DC.

Sejak 20 Januari kemarin rakyat Amerika punya pemimpin baru. Joe Biden dan Kamala Harris dilantik sebagai presiden dan wakil presiden AS. Sebagai presiden, Joe Biden sudah dihadang aneka masalah. Di dalam negeri, penanganan Covid-19, menggerakkan ekonomi dan mempersatukan rakyat yang terbelah menjadi prioritas. Di luar negeri, Biden dihadapkan pada situasi yang tidak kalah pelik: rencana kembali ke diplomasi multilateralisme.

Dalam masa kampanye pilpres kemarin, Biden mengatakan ingin bergabung kembali dengan kesepakatan global di bidang perubahan iklim. Begitu juga dengan isu nuklir dunia. Biden mengindikasikan niatnya menegosiasikan kembali pembatasan nuklir Iran. Di era Donald Trump, pada Mei 2018 AS menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran, Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015, yang isinya antara lain pembatasan nuklir dan sanksi ekonomi atas Iran.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan