logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊPantun, Dituntun dan Menuntun
Iklan

Pantun, Dituntun dan Menuntun

Setelah dituntun ke gelanggang warisan dunia, pantun terasa menuntun sistem kesusastraan kawasan pendukungnya agar lebih tampil dalam pergaulan sastra internasional dengan muatan besar kelisanan.

Oleh
TAUFIK IKRAM JAMIL
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/s4ldAbWibsWSyT-XzoJioB8puvQ=/1024x536/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F02%2Fkompas_tark_3896728_26_0.jpeg
Kompas

Dua Juru Pantun Sunda, Ayi Ruhimat dan Ujang Oman, tampil dalam pementasan Pantun Sunda di Kampus Universitas Padjajaran, Bandung, Sabtu (28/12/2013). Kesenian Pantun Sunda kian terpinggirkan karena tak lagi diminati kebanyakan warga Sunda.

Satu lagi materi budaya Indonesia, yakni pantun, diakui sebagai warisan budaya tak benda kemanusiaan (Representative List of Intangible Cultural Heritage of Humanity), melalui sidang UNESCO di Jamaika, Amerika Tengah, Kamis malam (17/12/2020).

Diusul bersama Malaysia, basis pantun di Riau dan Kepulauan Riau yang dimotori Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) atas naungan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan itu, sepatutnya bisa mempertajam sistem kesusastraan Nusantara atau negara serumpun.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan