logo Kompas.id
Opini”Menteri” Jalannya Miring
Iklan

”Menteri” Jalannya Miring

Selain ”ngayomi” dan ”ngayemi”, sebagai pejabat negara yang menjalankan fungsi sosial sebagai pelayan masyarakat seyogianya menerapkan filosofi pemimpin.

Oleh
SUMBO TINARBUKO
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/g-sKRPi-UO5ADIWy-A1Cyhy6w0w=/1024x575/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2Fa3d86706-d843-458a-935d-46896e306bac_jpg.jpg
KOMPAS/RIZA FATHONI

Warga bermain catur berukuran besar di Taman Danau Singkarak, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, yang telah dibuka untuk umum, Senin (19/10/2020). Permainan catur ini menjadi fasilitas baru bagi pengunjung taman itu dan menjadi alternatif bagi warga untuk mengisi kegiatan di saat beristirahat di taman.

Berjalan miring merupakan ciri karakter ”menteri”. Hal itu digariskan dalam tata laksana permainan catur. Ia harus taat berjalan miring mengikuti kotak lintasan papan catur sesuai dengan warna badannya. Posisi berjalan miring tetap dipertahankan ketika menyerang ataupun bertahan atas serbuan musuh.

Karakter ”benteng” berbeda dengan menteri. Ia rela berjalan lurus, baik saat maju menyerang maupun mundur untuk bertahan. Sementara ”ster” diberi kewenangan gabungan dari karakter benteng, menteri, dan pion. Sementara raja hanya berhak berjalan satu langkah ke kanan, kiri, maju, atau mundur.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan