logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊMengais Serpihan Kehidupan...
Iklan

Mengais Serpihan Kehidupan Selaras

Ketika penghormatan terhadap leluhur relatif kurang mempunyai nilai atau kebijaksanaan menurut logika pikir dominan saat ini, kebijaksanaan leluhur dalam pengelolaan kehidupan bersama menjadi terabaikan.

Oleh
ARGO TWIKROMO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/6p4d0Msa90-c2GQ_J0PKcCPTChY=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F07%2FE564E716-B7D5-4A9C-A8FE-7CA36D85FF9D_1563519720.jpeg
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA

Kedua belas mata air didoakan oleh Kyai Pemangku dalam Upacara Adat Ngayu-Ayu yang diselenggarakan Lembaga Adat Gumi Sembahulun, Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Kamis (18/7/2019)

Kehidupan bersama dalam koridor keselarasan, keseimbangan, dan keharmonisan telah menjadi warna khas kehidupan yang tersebar di sejumlah wilayah Nusantara selama berabad-abad silam. Perjalanan panjang bangsa ini telah memberikan ruang terhadap hadirnya berbagai perjumpaan, pergumulan, bahkan silang budaya. Namun, tetap menyisakan nuansa ataupun serpihan keselarasan dalam pengelolaan kehidupan masyarakat di sejumlah wilayah.

Pengelolaan kehidupan dengan mengutamakan relasi selaras manusia dengan sesama, dengan alam, dengan Sang Pencipta, dan bahkan antara ketiganya telah membentuk tata kelola kehidupan bagi kelangsungan hidup bersama secara khas. Bahkan mengandung kepedulian terhadap kehidupan yang berorientasi jauh ke depan dan jangka panjang.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan