logo Kompas.id
OpiniKomunikasi Versus Ajak...
Iklan

Komunikasi Versus Ajak Berpikir

Sebaik-baiknya mengupayakan komunikasi publik agar serba jelas, lengkap, dan mudah dipahami, kalau proses menalar di dalam diri si penerima tidak juga dibenahi, semuanya hanya menjadi kerja yang sia-sia.

Oleh
Zainoel B Biran
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/2VcHiJAwnfCPPOlb43F-xFiqTsM=/1024x694/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F11%2F1b4282c0-b47b-4726-945c-f69e0895f43a_jpg.jpg
Kompas/Priyombodo

Pengujung menikmati santap siang di pusat perbelanjaan di kawasan Jakarta Selatan, Minggu (8/11/2020). Pusat perbelanjaan mulai ramai dikunjungi warga pada libur akhir pekan. Selain berupaya mengatasi krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19, pemerintah juga berupaya keluar dari zona resesi. Memacu optimisme kelompok kelas menengah dan atas untuk berbelanja menjadi kunci memulihkan ekonomi di tengah pandemi Covid-19. Perekonomian nasional di triwulan III-2020 mencatat pertumbuhan minus 3,49 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara jika dibandingkan dengan triwulan II-2020, pada triwulan III-2020 tumbuh 5,05 persen.

Topik utama informasi di harian Kompas (11/10/2020) yang berjudul ”Benahi Komunikasi” menarik untuk kita simak. Ditegaskan bahwa komunikasi publik terkait Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja mendesak dibenahi. Persoalan komunikasi itu ikut memicu polemik seputar peraturan tersebut.

Siapa pun tidak akan membantah hal yang disampaikan. Sangat masuk akal. Akan tetapi, secara psikologis, sebaik-baiknya mengupayakan komunikasi publik agar serba jelas, lengkap, dan mudah dipahami, kalau proses menalar di dalam diri si penerima tidak juga dibenahi, semuanya hanya menjadi kerja yang sia-sia.

Editor:
agnesaristiarini
Bagikan