logo Kompas.id
OpiniMendengarkan Sunyi Bersuara
Iklan

Mendengarkan Sunyi Bersuara

Berkomunikasi intersubyektif itu memberikan diri untuk diubah oleh yang lain dan mengubah. Betapa tidak mudahnya ketika kemapanan begitu nikmat, dan kepentingan buat mempertahankannya sedemikian harus.

Oleh
LIMAS SUTANTO
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/7A4McDV1vMNV_Alabvyz0Itr8Co=/1024x1449/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F08%2FIlustrasi-Cerpen-Dua-Jam-Yang-Lalu_1597965593.jpg

Kepahlawanan adalah merombak paradigma kemanusiaan yang gonjang-ganjing, melahirkan yang baru, yang memastikan manusia dimanusiakan. Dapatkah di hari kini, tatkala komunikasi tidak berlangsung dengan memadai, ia dimaknai sebagai pengubahan paradigma relasional yang sedang berlaku, mengembalikan keberlangsungan perguliran rangkaian siklis ”mendengarkan-mendeliberasi-berargumentasi” sebagai poros koneksi intersubyektif?

Lirik yang dikarang oleh Paul Simon dalam beberapa bulan, pada 1963 dan 1964, menyuarakan kritik sosial: ”People talking without speaking; people hearing without listening”. Mendengarkan dan berwicara merangkai komunikasi. Tetapi masyarakat berada dalam kemacetan. Asal bunyi tanpa kejujuran, nilai, dan makna. Hanya mau mendengar yang disukai. Tak mau menimbang dan merasakan apa yang diucapkan, diceritakan, oleh liyan. Tidak hendak mengembalikannya dalam sebentuk argumen yang adil, teruji oleh rasio, sains, dan fakta.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan