logo Kompas.id
OpiniMisi Kejujuran pada Tubuh
Iklan

Epilog

Misi Kejujuran pada Tubuh

Realitas yang kita pindai sehari-hari tak lebih dari kebobrokan dan kepalsuan belaka. Oleh sebab itu jika hendak menemukan kebenaran hakiki, tubuh harus melintasi kerak-kerak jiwa untuk menemukan gumpalan instingtif.

Oleh
Putu Fajar Arcana
· 1 menit baca
https://assetd.kompas.id/R9tzMLC2mKEzHejy98_-mB3Riu0=/1024x1024/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2F20190806iam-CAN-drawing_1565107548.jpg
Kompas

Putu Fajar Arcana, wartawan Kompas

Andaikan Antonin Artaud tidak melihat pertunjukan drama tari calon arang dari Bali saat Exposition Coloniale Internationale di Paris tahun 1931, teori tentang teater kekejaman mungkin tidak lahir. Teori ini seolah mendaraskan bahwa kebenaran sejati berada jauh di kedalaman jiwa manusia. Realitas yang kita pindai sehari-hari tak lebih dari kebobrokan dan kepalsuan belaka. Oleh sebab itu jika hendak menemukan kebenaran hakiki, maka tubuh harus melintasi kerak-kerak jiwa untuk menemukan gumpalan instingtif yang mengandung ”kesucian”.

Maka dalam pentas-pentas Artaud, tubuh-tubuh aktor dibiarkan secara ”liar” bergerak, merintih, dan mengeluarkan ”mantra-mantra” sebagaimana sering kali kita saksikan dalam fenomena kesurupan. Boneka-boneka besar dan aneh yang selalu hadir di panggung bisa ditafsir sebagai realitas palsu yang mengelilingi hidup manusia.

Editor:
Sri Rejeki
Bagikan
Terjadi galat saat memproses permintaan.
Artikel Terkait
Belum ada artikel
Iklan