logo Kompas.id
OpiniMultatuli Bukan Setiabudi
Iklan

Multatuli Bukan Setiabudi

Gagasan Eduard diutarakan lewat bukunya ”Max Havelaar” dan turut memengaruhi pemikiran para bapak bangsa. Namun, Ernest langsung bergerak bersama para pejuang Indonesia menyuarakan slogan “Hindia untuk orang Hindia".

Oleh
Chris Wibisana
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/l0T6_av7RMOYAWgyhWoRyXG-JNw=/1024x1024/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2F20191111_083001_1573436214.jpg
KOMPAS

Leaders of the Indonesian press, Ruhana Kudus, Tirto Adi Soerjo, Lie Kim Hok, Ernest Douwes Dekker, dan Abdoel Rivai.

Infografis Harian Kompas (Rabu, 28/9/2020) ada yang kurang tepat. Pada keterangan Kebangkitan Nasional, 1912, tertulis ”Indische Partij didirikan sebagai partai politik pertama di Hindia Belanda. Tokohnya Douwes Dekker, Tjipto Mangungkusumo, dan Suwardi Suryaningrat.” Namun, pada keterangan ”Douwes Dekker” yang ditunjuk adalah foto Eduard Douwes Dekker.

Douwes Dekker, pendiri Indische Partij, adalah Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950). Ernest merupakan cucu Jan Douwes Dekker, adik dari Eduard Douwes Dekker (1820-1887). Keduanya memang berasal dari keluarga yang sama, keduanya juga ikut andil dalam pergerakan bangsa. Eduard meninggal pada 1887, saat Ernest baru berusia 8 tahun.

Editor:
agnesaristiarini
Bagikan