logo Kompas.id
OpiniSumpah Mahasiswa
Iklan

Refleksi Aktivisme Mahasiswa

Sumpah Mahasiswa

Seperti bunyi adagium lama bagi etika politisi, yakni satunya antara kata dan perbuatan. Rakyat akan selalu mengingat apa yang pernah kita katakan saat kita masih jadi aktivis mahasiswa.

Oleh
EKO SULISTYO
· 1 menit baca
https://assetd.kompas.id/jUCEk4QlDb2sx_Fr3SSgqhApdNw=/1024x1201/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2F20201027-Opini-7-Sumpah-mahasiswa_1603807564.jpg

Sebagai bagian dari aktivis gerakan mahasiswa 1980-an, saya merasa Sumpah Mahasiswa selalu aktual. Sekadar mengingatkan, sumpah itu pertama kali dikumandangkan pada sebuah apel memperingati Hari Sumpah Pemuda tahun 1988 di Kampus UGM Yogyakarta. Kebetulan penyusun sumpah tersebut juga salah seorang aktivis mahasiswa dari UGM.

Setelah tiga dekade berlalu, sumpah mahasiswa masih sering dibacakan dalam setiap momen aksi. Dalam aksi mahasiswa generasi now, sumpah itu diucapkan disertai tangan tetap mengepal. Seperti bunyi Sumpah Pemuda, sumpah mahasiswa juga terdiri dari tiga larik, dengan prinsip yang sama: tanah air, bangsa, dan bahasa. Bedanya hanya disesuaikan dengan konteks zamannya.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 7 dengan judul "Sumpah Mahasiswa".

Baca Epaper Kompas
Terjadi galat saat memproses permintaan.
Memuat data...
Memuat data...