logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊMasa Depan Pemolisian...
Iklan

Masa Depan Pemolisian Masyarakat

Mengapa ada elemen masyarakat yang begitu benci dengan Kepolisian, sebagaimana terlihat melalui penyerangan terhadap individu dan satuan Kepolisian serta perusakan berbagai fasilitas kepolisian.

Oleh
ADRIANUS MELIALA
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Rx9-nlMAULV0kMSDGINiDspa9kw=/1024x609/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2Fc825a466-eb35-40bd-b1e5-c66b1c8ca4b4_jpg.jpg
Kompas/Bahana Patria Gupta

Pengunjuk rasa dan polisi yang berjaga duduk bersama saat aksi Tolak Omnibus Law di depan Gedung Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (20/10/2020). Pengunjuk rasa yang datang dari golongan buruh, aktivis, mahasiswa dan petani mengajak masyarakat untuk menolak Omnibus Law dan RUU Cipta Kerja. Unjuk rasa berlangsung dengan tertib dan damai.

Penulis cukup sulit memahami kerasnya benturan antara Kepolisian dan pendemo saat demonstrasi memprotes UU Cipta Kerja beberapa waktu lalu. Tentu kita bisa berdiskusi bahwa mereka yang berunjuk rasa tidak mewakili seluruh masyarakat, namun bahwa ada elemen masyarakat yang melihat Kepolisian sebagai musuh bebuyutan, apakah itu indikasi keberhasilan suatu strategi pemolisian atau sebaliknya?

Hanya dalam kurun waktu dua tahunan, Kepolisian sudah beberapa kali berada dalam posisi berhadapan dengan masyarakat pendemo. Kecenderungannya sama: bermula dari unjuk rasa damai yang lalu berkembang menjadi kerusuhan.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan