logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊDampak Sekolah Daring
Iklan

Dampak Sekolah Daring

Jadwal sekolah daring anak hampir sama dengan sekolah konvensional di kelas, dari pagi sampai siang. Oleh karena itu, inovasi interaktif pembelajaran daring amat diperlukan.

Oleh
Monica Tri Ariantatik
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/lSkLN5S2jPbpolBsLT8freSRQpE=/1024x596/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F08%2F19b9afc0-e4fc-419c-8198-46cf027a692a_jpg.jpg
Kompas/Bahana Patria Gupta

Relawan membantu pelajar mengakses channel Youtube saat belajar daring di Bis Online "Bison" milik Universitas Dinamika (Undika) Surabaya di Kantor Kecamatan Rungkut, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (11/8/2020). Dengan fasilitas komputer serta jaringan internet, Bison membantu para pelajar yang tidak memiliki komputer atau gadget untuk belajar secara daring. Kompas/Bahana Patria Gupta (BAH)

Mengamati-anak-anak yang harus sekolah daring, selain permasalahan terbesar berupa kendala fasilitas pembelajaran, seperti ketersediaan ponsel, laptop, dan kuota internet bagi anak-anak, masalah lain ialah kemampuan sekolah beradaptasi dengan program pembelajaran yang tidak membuat anak terus-menerus menatap layar komputer.

Sebagian mulai mengeluh lelah, pusing, bahkan stres, meski sudah berusaha menghibur diri dengan permainan di komputer. Bisa dibayangkan, orang dewasa yang mengikuti pertemuan daring atau webinar dengan durasi dua jam saja sudah lelah dan hilang konsentrasi, perlu istirahat. Bagaimana dengan anak-anak?

Editor:
agnesaristiarini
Bagikan