logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊMembaca
Iklan

Membaca

Orang membaca tidak hanya buku, tetapi juga tanda-tanda alam. Mengenali pandemik sekarang, siklus ini jangan-jangan masih merupakan awal dari bakal berakhirnya tatanan lama pada segala bidang.

Oleh
BRE REDANA
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/uA3bX8o4oRqo7GNEPJQ98l666RI=/1024x660/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F09%2F20200903WEN5_1599105475.jpg
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Pedagang kopi keliling menyempatkan membaca koran saat menunggu pelanggan di kawasan Kota Lama, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (3/9/2020). Tren media sosial dengan membanjirnya beragam informasi tersebut, peran koran masih menjadi rujukan sebagai sumber informasi.

Apakah kalian membaca undang-undang? Undang-undang adalah teks yang dianggap penting yang, menurut saya, paling sedikit dibaca orang. Jangankan undang-undang setebal 1.000 halaman, UUD 1945 yang hanya terdiri dari 37 pasal 65 ayat, saya kira tidak dibaca banyak orang meski banyak orang merasa mengetahui isinya. Ketimbang undang-undang, banyak bacaan lain lebih menarik, taruhlah cerita roman, novel, kiat bisnis, jalan mendapatkan uang dalam sekejap, petunjuk hidup bahagia, dan lain-lain.

Di dunia banyak bacaan menarik. Saking banyaknya, kita tidak sempat membaca semuanya meski sejumlah bacaan, tanpa kita pernah membacanya, rasanya kita sudah tahu, dan dengan percaya diri memperbincangkannya. Saya kira tak perlu orang tuntas membaca Injil dari kitab Kejadian atau Genesis sampai datangnya kiamat untuk bicara mengenai Juru Selamat.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan