logo Kompas.id
OpiniIsrael Spring atau Arab Fall?
Iklan

Israel Spring atau Arab Fall?

Keputusan UEA dan Bahrain membuka hubungan diplomatik dengan Israel memperkuat adagium klasik ”tidak ada teman dan musuh yang abadi, yang ada hanya kepentingan abadi”. Itulah dinamika hubungan internasional saat ini.

Oleh
Dian Wirengjurit
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/lwd2OAZOfRnDJcKXu_eFSwpHxqY=/1024x655/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F04%2FArab-Spring-Glance_49444587.jpg
AP Photo

(Dari kiri ke kanan pada bagian atas) Mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak, mantan Pemimpin Libya Moammar Khadafi, dan mantan Presiden Tunisia Zine al-Abidine Ben Ali; (dari kiri ke kanan pada bagian bawah) mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, Presiden Suriah Bashar al-Assad, dan Raja Bahrain Hamad bin Isa al-Khalifa. Mereka para pemimpin di Timur Tengah yang terimbas angin gelombang protes Musim Semi Arab yang menyapu kawasan Timur Tengah dan Afrika utara tahun 2011.

Revolusi Jasmin, yang dipicu bakar diri pedagang buah Tarek al-Tayeb Bouazizi pada 10 Desember 2010, telah meruntuhkan pemerintahan otoriter Presiden Zine al-Abidine Ben Ali di Tunisia. Tidak ada yang menduga hal ini akan menyulut Arab Spring.

Setelah itu, berturut-turut bertumbangan pemerintahan otoriter di Mesir (Februari 2011) dan Libya (Oktober 2011). Banyak yang berspekulasi, Arab Spring merambat ke negara-negara Arab.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan