logo Kompas.id
Opini”Happy Hypoxia”, Defisit...
Iklan

”Happy Hypoxia”, Defisit Oksigen Tanpa Terasa

Fenomena ”happy hypoxia” menimbulkan kegalauan di masyarakat. Akibatnya, oksimeter nadi mulai diburu orang. Padahal, tidak perlu. Yang penting, orang mewaspadai jika ada batuk menetap dan segera periksa status Covid-19.

Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/R8nYDIpitYUMBZTGlhel2h0bcFM=/1024x1024/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2F2020325iam-ATIKA_1585146814.jpg
DRAWING/ILHAM KHOIRI

Atika Walujani Moedjiono, wartawan Kompas

Fenomena happy hypoxia pada penderita Covid-19 masih menjadi perbincangan sampai saat ini. Meski bukan sesuatu yang lazim, hal itu menjadi kegalauan masyarakat terkait Covid-19. Betapa tidak, orang yang tadinya tampak baik-baik saja, tiba-tiba tumbang dan meninggal.

Di tataran internasional, hal itu sudah dibahas sejak beberapa bulan lalu. Dalam artikel di Clinical Autonomic Research, 15 Juli 2020, Alejandra González‑Duarte dari Departemen Neurologi, Institut Nasional Ilmu Medis dan Gizi Salvador Zubiran, Meksiko, dan Lucy Norclife‑Kaufmann dari Pusat Disautonomia Fakultas Kedokteran Universitas New York, Amerika Serikat, memaparkan, aspek Covid-19 yang membingungkan para dokter dalam penanganan pneumonia atau radang paru yakni keberadaan pasien dengan kadar oksigen dalam darah sangat rendah, tetapi tidak merasakan dispnea (sesak napas).

Editor:
evyrachmawati
Bagikan