logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊFondasi Teater Indonesia...
Iklan

Fondasi Teater Indonesia Pascareformasi

Teater Indonesia memilih kritis dalam melihat kenyataan sosial politik dan sekaligus tidak terpusat. Namun berubah dalam dua dekade terakhir.

Oleh
JONED SURYATMOKO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/GoqoVt7p_KG6b-kZuQqw0Dvujlw=/1024x1296/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F09%2F20200912-SKETSA-9_web_1599838536.jpg

Sejak beberapa bulan lalu, kegiatan Konsolidasi Umum Masyarakat dan Himpunan Budaya (KuMaHa) menjadi perbincangan di kalangan pekerja seni Indonesia, termasuk pekerja teater. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK), Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini bermaksud mendorong terciptanya asosiasi profesi budaya yang menghimpun para pelaku budaya di sektor kesenian.

Kegiatan ini mempunyai kerumitan sendiri di bidang teater mengingat proses tumbuh, karakter kerja dan hubungan uniknya dengan negara. Salah satu pertanyaan kunci yang muncul adalah apa yang lebih dibutuhkan teater Indonesia, asosiasi profesi atau lembaga payung untuk komunitas teater kita? Untuk membangun jawabannya, kita lihat kembali fondasi seperti apa yang teater Indonesia miliki terutama pascareformasi.

Editor:
Mohammad Hilmi Faiq
Bagikan