”Manunggaling Kawulo” Puisi
Puisi adalah peristiwa batiniah. Larik-lariknya mengantarkanmu pada kedalaman imajinasi, yang akan menjadi bahan bakar bagi seluruh kreativitas yang tumbuh di dalam dirimu.
Sebelum berulang tahun ke-77, pada 10 Agustus 2020 lalu, penyair Umbu Landu Paranggi menelepon dari Denpasar. Kalimat pertama yang ia ucapkan senantiasa, ”Apa ada angin di Jakarta?” Aku tahu pasti, ini judul puisi yang ditulisnya pada masa-masa awalnya menjadi manusia urban di Yogyakarta, setelah mengembara dari pedalaman Sumba Timur.
Selengkapnya puisi itu berbunyi: //Apa ada angin di Jakarta/Seperti dilepas desa Melati/Apa cintaku bisa lagi cari/Akar bukit Wonosari/Yang diam di dasar jiwaku/Terlontar jauh ke sudut kota/Kenanganlah jua yang celaka/Orang usiran kota raya/Pulanglah ke desa/Membangun esok hari/Kembali ke huma berhati//. Murid terdekat Umbu, Emha Ainun Nadjib, pernah menulis esai dengan judul sama, yang tergabung dalam buku Indonesia Bagian Sangat Penting dari Desa Saya (1983).