logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊMembaca Kembali Peran...
Iklan

Membaca Kembali Peran Kebangsaan Pesantren

Sejarah peran pesantren dalam membangun rasa dan sikap kebangsaan perlu dibaca secara utuh oleh segenap elemen bangsa. Pemerintah, umpamanya, jangan sampai salah membaca tentang sumbangsih pesantren.

Oleh
Abd A'la
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/RTF9I9Wmc2Mc4rskL1NoVwEMnPU=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F08%2F2093ada3-5d0b-4ba4-8813-f51579105e9f_jpg.jpg
Kompas/Agus Susanto

Aktivitas santri di Pondok Pesantren Ma\'hadut Tholabah Babakan, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Selasa (5/9/2017). Ponpes yang didirikan tahun 1916 oleh KH Mufti bin Salim bin Abdur Rahman ini kini mempunyai sekitar 2000 santri.

Sejarah mencatat, pondok pesantren (selanjutnya disebut pesantren) merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua yang bukan hanya bertahan dari terpaan zaman, tapi terus berkembang hingga saat ini. Dari saat ke saat lembaga yang menurut sejarawan ada sejak abad keenam belas Masehi itu terus hadir menyantuni masyarakat Nusantara (dan nantinya disebut Indonesia) dengan memberikan layanan pendidikan yang berciri khas.

Ciri khas pendidikan yang diabdikan kepada masyarakat itu menjadikan pesantren memiliki sumbangsih signifikan bukan hanya dalam dunia pendidikan di Indonesia, namun lebih dari itu pula dalam pengembangan rasa kebangsaan. Pesantren hadir untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan, khususnya keilmuan agama Islam, dan sekaligus kontekstualisasinya ke dalam alam Nusantara atau dan keindonesiaan.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan