logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊStrategi Pendidikan dalam...
Iklan

Strategi Pendidikan dalam Geopark Kaldera Toba

Rekomendasi UNESCO mendesak untuk ditindaklanjuti oleh pemerintah secara holistik dan teknis. Edukasi konservasi sebagai bagian mitigasi awal dari peluang munculnya bencana alam harus dilakukan di Geopark Kaldera Toba.

Oleh
Riduan Situmorang
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/adRgpgbBBPmC0sz-UeXA-Uxipc0=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2F20200312NSA03_1584015758.jpg
KOMPAS/NIKSON SINAGA

Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima (ketiga dan kedua dari kanan) berwisata ke kawasan Danau Toba di Bukit Singgolom, Desa Lintong Nihuta, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Kamis (12/3/2020). Kunjungan itu diharapkan bisa mendorong peningkatan kunjungan wisata dari Belanda ke kawasan Danau Toba.

Dalam sidang ke-209 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, 7 Juli 2020, Kaldera Toba akhirnya resmi ditetapkan menjadi bagian dari UNESCO Global Geopark, setelah sempat ditolak pada pengusulan sebelumnya. Namun, diterimanya Kaldera Toba bukan berarti tugas sudah selesai. Ada enam rekomendasi UNESCO untuk Kaldera Toba.

Dari keenam rekomendasi itu, setidaknya dua rekomendasi terkait dengan strategi pendidikan: mengembangkan strategi pendidikan dengan bekerja dalam kemitraan dengan UNESCO Global Geopark lainnya serta meningkatkan strategi juga kegiatan pendidikan untuk memfasilitasi pengembangan program pembelajaran dengan alat interaktif untuk siswa sekolah.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan