logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊNegara Berpendapatan Menengah ...
Iklan

Negara Berpendapatan Menengah Atas, Mengapa Baru Sekarang?

Kenaikan level dari negara berpendapatan menengah atas menuju negara kaya, perlu pertumbuhan ekonomi yang didorong kemajuan teknologi, efisiensi, dan inovasi. Apalagi dibarengi dengan penguatan pemberantasan korupsi.

Oleh
Akhmad Rizal Shidiq
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/yDv6A3l8OGQuDVHGGuSL4FKs1Kg=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F06%2Fa82ec7db-0cb3-42d8-905f-8f334ae4d77c_jpg.jpg
Kompas/AGUS SUSANTO

Kwasan bisnis di Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, Minggu (14/6//2020). Pertumbuhan ekonomi triwulan III-2020 berpotensi makin lambat jika kebijakan pembukaan kegiatan ekonomi tidak diikuti peningkatan kedisiplinan masyarakat dan penegakan protokol kesehatan.

Minggu lalu tersiar kabar: Indonesia masuk kelompok perekonomian berpendapatan menengah atas. Pendapatan nasional bruto per kapita tahun 2019 menembus batas 4.046 dollar AS. Ada banyak cara membacanya, tetapi saya rasa pengumuman Bank Dunia ini kabar baik bagi kita, dengan sejumlah catatan.

Dari statistik, kita tahu Indonesia tergolong negara berpendapatan menengah bawah, satu tingkat di atas kategori negara miskin, sudah sejak 1993. Diselingi krisis ekonomi 1998 yang membawa ekonomi terpaksa kembali turun kelas sampai tahun 2002, hari ini ekonomi kita berada (hanya) satu tingkat di bawah kelompok negara-negara kaya.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan