logo Kompas.id
โ€บ
Opiniโ€บKongres Kebudayaan Desa:...
Iklan

Kongres Kebudayaan Desa: Mencari Arah Tatanan Baru dari Desa

Melalui Kongres Kebudayaan Desa, siasat kebudayaan perlu dirumuskan untuk mengelak dari kepunahan manusia, mengelak dari kehancuran dan kehilangan nyawa yang lebih banyak lagi.

Oleh
Ryan Sugiarto
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/9Ws4b8wZvNeZ_hj3HAV-ouY170Q=/1024x643/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F07%2F6a3b088c-2faf-4bed-85ab-fc479daee50a_jpg.jpg
Kompas/Bahana Patria Gupta

Suasana di Desa Ngadisari yang sepi oleh wisatawan akibat Taman Nasional Bromo Tengger Semeru masih ditutup, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (7/7/2020).

Pandemi Covid-19 membuat setiap orang mengingat kembali arti pulang ke desa. Semenjak Covid-19 menyebar ke pelosok Nusantara, orang-orang kota berbondong-bondong pulang ke desa. Kota-kota besar yang selama ini didamba demi rupiah luluh lantak. Kembalinya orang-orang ke desa seharusnya jadi lonceng pengingat bagi Indonesia bahwa desa kembali menjadi penyelamat bagi rakyat di tengah badai krisis Covid-19.

Pandemi ini telah menyingkap secara gamblang dilema yang dihadapi cara pandang manusia modern yang antroposentris. Kebudayaan manusia modern telah menggeser paradigma kosmosentris bahwa hidup manusia tak terpisah dari alam. Kebudayaan modern yang antroposentrisme membuat manusia menjadi pusat segala sesuatu.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan